karenaitu, saat ini di Indonesia telah banyak wirausaha baru masuk dalam dunia digital yang biasanya kita sebut dengan usaha online. Seperti kita ketahui, bentuk pengelolaan usaha di Indonesia saat ini telah didominasi oleh teknologi berbasis digital. Telah terjadi pergeseran dari bisnis offline ke bisnis online. Pelaku usaha dituntut untuk BAB I PENDAHULUAN Para penulis Alkitab Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru mencerminkan latar belakang sosial di zaman mereka. Inspirasi Roh Kudus telah melindungi mereka dari kekeliruan, namun sudut pandang penulis muncul dari kebudayaan zaman mereka. Kini Alkitab yang ditulis oleh mereka, diakui dan dipercayai sebagai otoritas tertinggi dalam perilaku dan moral. Namun apakah kebudayaan-kebudayaan yang tertuang di dalam Alkitab PL dan PB, harus dikenakan dalam kebudayaan modern? Bagaimana mengimplementasikan kebudayaan-kebudayaan PL dan PB dalam Kebudayaan Modern saat ini? Apakah ada suatu cara yang dapat digunakan sebagai tolak ukur untuk mengevalusi kebudayaan-kebudayaan tersebut? Bagaimana kita mengetahui yang salah dan benar dalam kebudayaan modern saat ini? Berdasarkan rumusan masalah ini, maka penulis tertarik untuk menulis makalah ini dengan judul “Implementasi Kebudayaan Perjanjian Lama Dan Perjanjian Baru Dalam Kebudayaan Modern” Tujuan Tujuan Penulisan Makalah ini adalah Untuk mengenal kebudayaan PL dan PB, serta mengetahui bagaimana mengimplemetasikan kebudayaan Alkitab itu dalam Kebudayaan Modern ini. Batasan/Ruang Lingkup Makalah ini hanya dibatasi pada pokok-pokok pembahasan mengenai budaya masyarakat dalam Alkitab PL dan PB, serta Kebudayaan Modern dan pengaruhnya. BAB II DASAR TEORI Istilah Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi budi atau akal diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.[1] Ada tiga arus penggunaan istilah budaya, yaitu Pertama; Mengacu pada perkembangan intelektual dan spiritual seseorang atau sekelompok masyarakat. Kedua; Mengacu pada Kesenian dan benda-benda seni. Ketiga; Mengacu pada keseluruhan cara hidup, adat istiadat dan kebiasaan sejumlah orang.[2] Dari definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan, bahwa kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan, meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga nyata kemudian dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain. Budaya merupakan suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sekelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbada budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.[3] Unsur-unsur budaya terdiri atas 1. Sistem religi dan upacara keagamaan 2. Sistem dan organisasi kemasyarakatan 3. Sistem pengetahuan 4. Bahasa 5. Kesenian 6. Sistem mata pencaharian hidup 7. Sistem teknologi dan peralatan[4] KEBUDAYAAN PERJANJIAN LAMA Yang dimaksudkan dengan budaya Perjanjian Lama, ialah budaya manusia yang hidup di zaman dimana peristiwa-peristiwa yang tertulis dalam Alkitab Perjanjian Lama terjadi. Secara khusus dapat dikatakan bahwa manusia yang dimaksud ialah bangsa Israel atau lebih khusus lagi, bapak-bapak leluhur bangsa Israel seperti Abraham, Ishak dan Yakub.[5] Walaupun penulis Alkitab sendiri melihatnya sebagai peristiwa dan moral yang mengandung nilai-nilai rohani untuk memberikan nilai-nilai etis dan moral bagi kehidupan bangsa Israel, namun peristiwa-peristiwa itu juga dapat dilihat dari segi kebudayaan. Membahas kebudayaan Perjanjian Lama, sangat luas, oleh sebab itu maka dalam pembahasan ini, penulis membatasi dengan hanya membahas Kebudayaan Perjanjian Lama yang berkenaan dengan Adat Istiadat Masyarakat dalam zaman PL. Salah satu ciri khas adat ketimuran orang Israel umumnya maupun Yahudi khususnya ialah keramahtamahan. Tamu mana pun yang masuk ke dalam rumah seorang Yahudi akan disambut dengan salam hangat. Kej. 241-67. Perkawinan Perkawinan dalam PL diterima sebagai suatu norma umum tidak ada kata "bujangan" dalam bahasa Ibrani. Dalam seluruh PL, ditunjukkan bentuk-bentuk penyelewengan pernikahan yang dilakukan oleh nenek moyang bangsa Israel, misalnya dalam praktek-praktek poligami dan perceraian. Meminang Sebagaimana cerita Eliezer, perkawinan dalam Perjanjian Lama diatur oleh keluarga atau khususnya orang tua. Pihak lelaki datang ke pihak perempuan untuk meminang seorang gadis yang diinginkan oleh orang tua pihak lelaki. Hal ini terjadi misalnya pada Ismael Kej. 2121, Ishak Kej. 24, dan Yakob Kej. 281-3. Dalam kasus Ishak, maka Eliezerlah yang menjadi perantara. Seorang perantara disebut sebagai "sahabat pengantin" Sahabat pengantin ini dalam tugasnya sebagai perantara bertindak atas nama pengantin dan ia sudah diberitahukan terlebih dahulu tentang kesanggupan dan kemampuan pengantin sampai berapa banyak pemberian yang dapat pengantin lelaki berikan kepada pengantin perempuan. Ayah dari keluarga pihak perempuan kemudian menimbal untuk menunjuk juga seorang juru bicara mereka. Sebelum kedua belah pihak bernegosiasi, maka minuman kopi disuguhkan kepada rombongan yang datang, namun mereka menolak untuk meminumnya sebelum misi mereka selesai lihat Kej. 2433 dalam kasus Eliezer. Setelah kedua juru bicara dari kedua belah pihak berhadapan, maka pembicaraan dilakukan dengan sungguh-sungguh. Pihak perempuan perlu mendapatkan bukti yang bisa dipegang mengenai bentuk pemberian yang akan diterimanya dari pihak lelaki. Bilamana suatu kesepakatan sudah diambil maka kedua juru bicara tadi bangkit berdiri saling menyalami satu dengan yang lain, dan kopi langsung dibawa dan mereka sama-sama minum sebagai tanda perjanjian yang kesepakatannya telah dicapai. Untuk menyungguhkan maksudnya, pihak lelaki menyerahkan berbagai hadiah kepada orang tua dan saudara-saudara pihak perempuan. Tetapi bisa juga dengan cara seperti yang dilakukan oleh Yakob misalnya ia bekerja selama tujuh tahun untuk mendapatkan istrinya Kej. 2915-19. Bertunangan Pertunangan dalam kalangan orang Yahudi merupakan suatu persiapan untuk perkawinan dan bukan hanya suatu perjanjian kawin tanpa ikatan. Pertunangan berarti suatu ikatan pasti untuk perkawinan sehingga tidak mungkin dibatalkan lagi.[6] Hari pertunangan dirayakan dengan suatu pesta dan saling memberi hadiah supaya peristiwa itu menjadi resmi. Masa pertunangan biasanya berlangsung selama satu tahun. Di zaman dahulu kala, orang lelaki Israel yang sedang menjalani masa pertunangan dilarang ikut dalam peperangan supaya ia tidak mati sebelum kawin Ul. 207. Masa pertunangan itu dipandang sangat suci sehingga bilamana ada lelaki lain yang bersetubuh dengan wanita yang sedang menjalankan pertunangan, maka si pelanggar akan dihukum dengan lemparan batu sampai mati Ul. 2223, 24. Tetapi bilamana si wanita yang digauli tidak bertunangan, maka lelaki itu tidak dilempar dengan batu tetapi harus membayar kepada ayah si wanita dan harus mengawininya. Suami Dalam masyarakat PL, suami mempunyai kedudukan sebagai "tuan" yang memerintah atas istri dan anak-anak dan keluarga anak- anaknya, juga seluruh anggota keluarga yang lain dan budak-budaknya. Tapi pada sisi yang lain, suami juga menjadi penangungjawab atas semua tindakan yang dilakukan oleh seluruh anggota keluarganya. Suami juga mempunyai tanggungjawab untuk mencarikan istri/suami bagi anak- anaknya. Silsilah keluarga PL diurutkan dengan mengikuti keturunan dari suami, karena suamilah yang memberi identitas dan nama bagi keluarganya Im. 2547-49; Yer. 3268; Rut 2,3,4.Suami dalam PL juga mempunyai fungsi sebagai imam bagi keluarganya. Istri Dari Amsal 31 dapat diambil kesimpulan bahwa istri PL tidak hanya melakukan tugas yang sehubungan dengan anak-anak dan rumah saja, Alkitab pada dasarnya memberikan tanggung-jawab yang besar bagi istri PL untuk menguasai bidang- bidang lain di luar rumahnya. Dari tugas yang begitu banyak itu, tugas utama istri adalah untuk menghasilkan keturunan. Anak-anak Merupakan suatu dukacita dan aib bagi keluarga PL yang tidak dikaruniai anak, seperti peristiwa yang menimpa Sara dan Hana. Sebaliknya banyak puji-pujian yang ditujukan bagi wanita yang melahirkan banyak anak Maz. 128. Anak laki-laki dalam keluarga Yahudi adalah tumpuan harapan bagi pemeliharaan masa tua orang tuanya, yaitu supaya mereka mendapat penguburan yang layak. Anak sulung dalam keluarga Yahudi, baik laki-laki maupun perempuan, mendapat tempat yang istimewa. Sepanjang hidupnya ia akan dituntut untuk memiliki tanggung jawab yang lebih besar atas tindakannya dan tindakan saudara- saudaranya yang lain. Apabila orang tuanya mati, anak sulung akan mendapat bagian warisan dua kali lipat. Anak perempuan Yahudi diijinkan menikah sesudah usia 12 tahun. Pada usia itu diharapkan ia telah mempelajari semua kecakapan mengurus rumah tangga dan bagaimana menjadi istri dan ibu yang baik. Apabila karena sesuatu hal suaminya mati, maka ia akan dinikahkan dengan saudara laki-laki dari suaminya untuk menyelamatkan garis keturunan keluarganya. Namun jika suaminya tidak memiliki saudara laki-laki lain yang dapat menikahinya, maka seringkali ia akan kembali ke rumah ayahnya lagi contoh kasus Rut dalam keluarga Naomi. Poligami Walaupun poligami memang ada dalam Perjanjian Lama, namun jangkauannya jangan dilebih-lebihkan, karena hampir terbatas pada raja-raja atau para pemimpin atau pejabat tinggi. Umumnya yang sering terdapat adalah bigami, bukan poligami. Monogami tampaknya biasa terdapat dikalangan rakyat. Bapak-bapak leluhur kadang-kadang dianggap sebagai contoh untuk poligami. Tetapi poligami harus dibedakan dari perseliran. Kedudukan seorang selir adalah jauh di bawah kedudukan seorang istri, tetapi para selir mempunyai hak legal, sebagaimana dinyatakan dalam Keluaran 21711. Ia tidak dapat dijual kembali oleh tuannya; ia harus diperlakukan sebagai selir satu orang saja, bukan mainan keluarga. Kalau tuannya mengambil selir lain, tuan itu tidak boleh mengabaikan kewajibanya kepada selir yang pertama dalam hal materi maupun seksual. Perceraian Perceraian terjadi di kalangan orang Israel bilaman sang suami mendapatkan "ketidakbersihan" pada diri istrinya Ul. 24 1. Salah satu contoh mengenai "ketidakbersihan" ini ialah bahwa sang suami waktu menikahi istrinya ternyata bahwa istrinya itu bukan lagi gadis. Kalau ternyata bahwa gadis itu memang bersalah, maka ia harus dihukum mati dengan lemparan batu Ul. 2213-21. Contoh lain ialah bilamana sang suami mencurigai istrinya melakukan perbuatan zinah. Untuk menjernihkan soal itu sang suami membawa istrinya kepada imam untuk diuji. Ujian ini disebut "ujian kecemburuan" atau bisa juga disebut "ujian berat". Dalam ujian ini, wanita itu disuruh minum air putih. Bilamana ia tidak bersalah, maka air itu tidak akan mendatangkan bahaya baginya. Tetapi bilamana ia bersalah, maka air itu akan menyebabkannya sakit dan bila demikian halnya, maka ia dihukum dengan lemparan batu sampai mati karena dianggap sebagai seorang pelacur Bil. 511-31. Sejauh masalah perceraian, maka perceraian hanya boleh terjadi kalau sang suami menceraikan istrinya. Sang istri sama sekali tidak mempunyai hak untuk menceraikan suaminya walaupun dengan alasan apa pun. Hukum-hukum mengenai perceraian menyebutkan tentang keadaan yang tidak mengijinkan adanya perceraian dan aturan-aturan mengenai hubungan kedua belah pihak setelah perceraian terjadi. Dalam kedua kasus ini perlindungan terhadap perempuan rupanya menjadi pokok utama hukum-hukum tersebut. Dalam, Ulangan 2228-29 ada larangan untuk menceraikan perempuan yang harus dinikahi oleh laki-laki yang telah memperkosanya. KEBUDAYAAN PERJANJIAN BARU Dengan melihat secara cermat, kita dapat mengetahui bahwa Alkitab Perjanjian Baru mengulang kembali Kebudayaan dalam PL. Namun pada saat yang sama, kita melihat sejumlah aturan Perjanjian Lama seperti hukum-hukum mengenai perceraian dibatalkan dalam Perjanjian Baru. Di sini kita dapat melihat sebuah perbedaan dalam situasi sejarah penebusan waktu Kristus membatalkan aturan-aturan yang lama. Apa yang harus kita perhatikan dalam budaya PB ini, ialah, bahwa baik pemikiran untuk memindahkan budaya-budaya Perjanjian Lama ke dalam Perjanjian Baru, maupun sama sekali tidak mengindahkannya, kedua-duanya tidak dapat dibenarkan oleh Alkitab sendiri. Di sini, kita harus berhati-hati untuk membedakan antara tradisi-tradisi Kebudayaan yang diakui oleh Alkitab hanya keberadaannya saja, seperti “gaya musik untuk ibadah pada zaman PL” dan kebudayaan yang jelas disahkan dan ditahbiskan oleh Alkitab, seperti “Ingat dan kuduskan hari Sabat ”. Untuk dapat dengan jelas membedakan kedua hal ini, maka perlu dipahami bahwa refleksi kebudayaan PL, tunduk pada penyataan Ilahi. Perikop-perikop PL dengan setia mendeskripsikan banyak kebiasaan di zaman PL, namun ada yang sejalan dengan kehendak Allah dan ada yang bertentangan dengan kehendak Allah. Misalnya Perkawinan Abraham dengan Hagar. Di satu sisi, Abraham melaksanakan sesuai kebudayaan setempat, namun di sisi lain, hal itu tidak sesuai dengan perjanjian Allah. Berdasarkan perspektif ini, maka banyak tradisi-tradisi dalam PL, yang tidak diterapkan dalam budaya PB. Misalnya Dalam PL, perceraian masih dapat dilakukan jikalau Istri kedapatan “tidak bersih” Namun dalam PB, Yesus tegas berkata “Siapa menceraikan Istrinya, ia berbuat Zinah. Apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan oleh manusia.” Hal lain yang harus dipahami adalah, banyak aspek dalam kebudayaan PL, diakibatkan oleh perbedaan alami. Umat PL merespon Allah dengan cara-cara yang lazim di zaman mereka. Oleh sebab itu, maka dalam PB, konsekuensi tindakan mereka, tidak lagi dijadikan sebagai norma hukum bagi semua orang, tetapi yang ditekankan dalam PB adalah prinsip kebudayaan tersebut. Sebagai contoh, dalam PL, orang beribadah harus di bait Allah atau di atas Gunung, tetapi ketika Yesus datang ke dalam dunia, Ia berkata “Penyembah-penyembah benar, akan menyembah Allah dalam roh dan kebenaran” Yoh 423. Jadi meskipun Kebudayaan dalam PB, adalah pengulangan kembali tradisi-tradisi dalam PL, namun kebudayaan PB lebih menjujung tinggi makna atau Prinsip-prinsip dari kebudayaan PL. Prinsip-prinsip kebudayaan PL inilah, yang dituntut dalam kebudayaan PB. Berikut ini beberapa prinsip-prinsip dalam Budaya PB Etika Seluruh ajaran Yesus dalam Perjanjian Baru, tentang Allah dan umat-Nya, mempunyai dimensi Etika. Matius pasal 5-7, merupakan koleksi Etika yang lengkap, yang memberikan gambaran yang baik tentang Etika dalam sebuah Masyarakat baru yang hendak didirikan Yesus Kristus. Etika yang diajarkan Yesus Kristus sebagai suatu budaya dalam PB adalah, “menyatakan dengan cara hidup”.[7] Artinya, segala sesuatu yang didengar dan diterima dari Allah, harus dinyatakan dengan cara hidup. Prinsip ini menguasai seluruh Perjanjian Baru. Sistem Etika mempunya suatu dasar, dan segala yang lainnya dikembangkan atas dasar itu. Dasar dari Etika yang diajarkan Yesus dalam PB, adalah Kasih. Apapun yang seseorang lakukan, harus dilakukan dengan kasih, itulah Etika yang membudaya dalam Perjanjian Baru Yoh 1314. Etika PB bukanlah suatu aturan yang dipaksakan dari luar ke dalam diri seseorang, melainkan suatu mutu hidup yang memancar dari dalam ke luar. Fleksibilitas Walaupun Budaya dalam Perjanjian Baru, mengulang kembali kebudayaan dalam PL, tetapi Perjanjian Baru mengembangkan Fleksibilitas budaya bagi umat Kristen. Sebagai contoh Kristus mengutus murid-murid-Nya sampai ke seluruh bangsa di muka bumi. Mat 2818-19. Kerajaan Allah yang pada dekade awal ditujukan bagi orang Yahudi, kini harus juga diberitakan ke bangsa-bang non Yahudi. Prinsip-prinsip yang terkandung dalam norma-norma kebudayaan dalam PL, kini, diterapkan dalam PB sebagai budaya Perjanjian Baru. Misalnya Dalam PL, sunat harus dilakukan sebagai tanda perjanjian. Sedangkan dalam PB, “hal bersunat atau tidak bersunat, tidak mempunyai nilai apa-apa” Gal 56. Hal ini bukan berarti Sunat itu jahat, tetapi Paulus merasa bebas untuk melakukan sunat dalam situasi tertentu Kis 163 dan bebas untuk menolaknya dalam situasi lain Gal 23-5. Fleksibilitas budaya ini, bukanlah suatu pilihan bagi orang Kristen, tetapi PB menuntut hal itu. Paulus menunjukkan hal ini, dengan menjadi orang Yahudi pada saat ia bersama orang Yahudi dan menjadi orang Yunani, pada saat ia berada di tengah-tengah orang Yunani. Ia berkata “aku telah menjadi apapun segala-galanya, supaya sedapat mungkin, aku memenangkan orang bagi Kristus.” Jadi Perjanjian Baru mengarahkan kita untuk berada di atas pola-pola setiap kebudayaan dunia, tanpa mengkompromikan prinsip-prinsip kebudayaan Alkitab PL; “Berada di dalam dunia, tanpa menjadi serupa dengan dunia ini”. Itulah Fleksibilitas budaya PB. Kerendahan Hati Selain Etika dan Fleksibilitas, PB juga menjujung tinggi prinsip kerendahan hati sebagai suatu budaya dalam PB. Dalam Matius 6, Ketika Yesus berbicara mengenai Trilogi Kristiani, yaitu Berdoa, Berpuasa dan memberi, Ia sungguh-sungguh menekankan tentang Kerendahan hati. Dalam pengajaran Yesus tentang hal kerajaan Allah, Yesus menyebutkan bahwa “Jikalau seseorang tidak menjadi seperti anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.” Ahli Taurat yang merasa dirinya baik dan benar, Yesus katakan, ia tidak dibenarkan Allah, sedangkan pemungut cukai yang tidak berani menatap Allah karena merasa berdosa dan hina, Yesus katakan “orang ini pulang ke rumah dengan dibenarkan Allah”. Luk 189-14. Di sini, prinsip Alkitab mengenai kerendahan hati dapat berfaedah. Jikalau prinsip kerendahan hati dipisahkan dari garis-garis pedoman lain yang telah disebutkan dalam PB, maka Allah akan membenci kita, sebab Allah membenci orang yang congkak dan meninggikan orang yang rendah hati. KEBUDAYAAN MODERN Untuk memahami budaya Modern, Pertama-tama kita harus membedakan antara Kebudayaan Barat Modern dan Kebudayaan Teknologis Modern. Kebudayaan Tekonologis Modern merupakan sesuatu yang kompleks. Penilaian-penilaian hitam putih, sebagaimana yang terdapat dalam budaya PL, hanya akan menunjukkan kekurangcanggihan pikiran. Kebudayaan Teknologis Modern itu kontradiktif, artinya, budaya ini bebas nilai, netral, bisa dipakai atau tidak. Pemakaiannya tidak mempunyai implikasi ideologis atau keagamaan. Seorang Sekularis dan Ateis, Kristen Liberal, Budhis, Islam Modernis atau Islam Fundamentalis, bahkan segala macam aliran New Age dan para normal dapat dan mau memakainya, tanpa mengkompromikan keyakinan atau kepercayaan mereka masing-masing. Kebudayaan Teknologis Modern secara mencolok bersifat instumental. Trian Hermawan, mencatat 10 Ciri Budaya Modern sebagai berikut Penghormatan didasari atas kepribadian orang. Benda dipakai untuk pemberian sebagai tanda solidaritas Orang bebas menyuarakan aspirasi, semua dapat didebatkan, dipersoalkan. Kedudukan berdasarkan ketrampilan, kebijaksanaan, pengetahuan achieved status. Semua orang mempunyai hak yang sama Kritis terhadap diri sendiri dan orang lain Memisahkan antara agama, faktor sosial, hukum, politik, ekonomi. Alam disakralkan, dan pertanian dipeliharakan berdasarkan ilmu pengetahuan Sukses atau bencana, tidak dianggap sebagai berkat atau hukuman Tuhan Kehidupan lahiriah, mengendalikan kehidupan batiniah.[8] Pergerakan budaya Modern seperti ini, dipengaruhi oleh budaya-budaya asing. Masuknya budaya asing ke indonesia disebabkan karena adanya krisis globalisasi yang ikut melanda indonesia. Pengaruh tersebut berjalan sangat cepat dan menyangkut berbagai bidang kehidupan. Teknologi yang berkembang pada era globalisasi ini, juga mempengaruhi karakter sosial dan budaya dari lingkungan sosial . Dampak Positif Modernisasi yang terjadi di Indonesia yaitu pembangunan yang terus berkembang di Indonesia dapat merubah perekonomian indonesia dan mencapai tatanan kehidupan bermasyarakat yang adil, maju, dan makmur. Hal tersebut diharapkan akan mewujudkan kehidupan masyarakat yang sejahtera baik batin, jasmani dan rohani. Dampak Negatif Budaya yang masuk ke Indonesia seperti cara berpakaian, etika, pergaulan dan yang lainnya sering menimbulkan berbagai masalah sosial diantaranya; kesenjangan sosial ekonomi, kerusakan lingkungan hidup, kriminalitas, dan kenakalan remaja. BAB III IMPLEMENTASI KEBUDAYAAN PL DAN PB DALAM KEBUDAYAAN MODERN Ketika hendak mengaplikasikan narasi-narasi PL, dan prinsip-prinsip dalam PB ke dalam dunia Modern ini, maka Alkitab dan pengalaman-pengalaman masa kini, memperhadapkan kita pada beberapa pertanyaan, berkaitan dengan serentetan kebudayaan, seperti - Apakah ada suatu cara yang dapat dijadikan tolak ukur dalam menilai norma-norma yang ada? - Bagaimana kita seharusnya mengevaluasi adat-istiadat di masa PL, PB dan pada masa modern ini? - Bagaimana kita membedakan antara yang baik dan yang buruk dalam zaman modern ini? Untuk menjawab rumusan masalah ini, kita harus menyadari terlebih dahulu bahwa Pertama; Kebudayaan berasal dari dua sumber, yaitu Agama dan alam. Agama adalah pengaruh primer di sebuah masyarakat. Namun demikian, agam bukanlah satu-satunya pembentuk kehidupan manusia, sebab kebudayaan tidak hanya tumbuh dari sistem kepercayaan, melainkan juga dari Alam lingkungan kita. Kedua; Perlunya mengevaluasi kebudayaan masa kini, oleh karena perilaku-perilaku dunia modern, juga berada di bawah pewahyuan-Nya. Alkitab penuh dengan nubuat-nubuat mengenai perilaku-perilaku kejahatan dan pergeseran-pergeseran nilai kerohanian yang akan terjadi pada zaman akhir ini. Berdasarkan kedua pertimbangan di atas, maka Untuk mengaplikasikan narasi-narasi PL dalam zaman modern, kita harus melihat praktek-praktek ini, sebagaimana Allah melihatnya. Artinya, ketika sekelompok masyarakat di zaman modern, berjalan sesuai dengan petunjuk wahyu Allah, maka kita harus menilainya secara positif. Untuk menilai kebudayaan haruslah dimulai dengan mengakui sifat religius manusia. Wahyu umum mewajibkan semua orang berespon untuk taat kepada Allah. Perilaku umum manusia kuno dan modern, sama-sama menunjukkan respon positif dan negatif terhadap wahyu Allah. Oleh sebab itu, ketika kita mengaplikasikan narasi-narasi PL dalam kehidupn modern, maka kita harus mengevaluasi kebudayaannya menurut standar Firman Allah. Selain itu, mengevalusia kebudayaan juga membutuhkan perspektif yang seimbang, sebab keanekaragaman dalam alam, juga ikut memberntuk kehidupan manusia. Ketika kita mencermati dunia ciptaan Allah, terbukti bahwa Allah menyukai keanekaragaman. Kelompok manusia yang tinggal di pesisir mengembangkan gaya hidup yang bertolak belakang dengan mereka yang tinggal di padang gurun. Model transportasi antara mereka yang ada di pegunungan dan mereka yang ada di dataran, menunjukkan pola kebudayaan yang juga berbeda. Dan banyak pola hidup berbudaya yang mencuat dari keanekaragaman fisik tersebut. Oleh karena itu, dibutuhkan standart perspektif yang seimbang, untuk dapat mengevaluasi dan mengimplementasikan kebudayaan PL dan PB secara sah. Manusia modern, mempunyai kebudayaan tersendiri yang tidak sama dengan kebudayaan manusia PL, meskipun demikian, Prinsip PB dapat menjadi alat tolak ukur, yang menilai dan mengeliminasi norma-norma kontemporer dalam dunia modern. BAB IV KESIMPULAN Berdasarkan hasil uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa Untuk menjembatani gap Kebudayaan antara Kebudayaan Modern dan kebudayaan PL, kita harus menilai sebuah perikop dalam terang PL, kemudian melihat prinsip dari kebudayaan tersebut, yang disahkan dalam ajaran PB. Kemudian, Melihat Kultur Kristen Modern budaya kita, sebagaimana Allah melihatnya. Dengan prinsip-prinsip ini, kita akan membuat aplikasi yang tepat dan sah dalam kebudayaan modern saat ini.* Catatan Karya ini dilindungi Undang-undang Hak Cipta pasal 72 No. 19 ayat 1 dan 2 tahun 2002. Boleh dicopy untuk digunakan sebagai bahan pengajaran, dengan mencantumkan alamat penulisan http// Terimakasih, Tuhan Yesus memberkati. DAFTAR PUSTAKA [1] [2] Muji Sutrisno & Herman Putranto, Teori-teori Kebudayaan, Yogyakarta Kanisius, 2005, hal 8 [3] Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat. Komunikasi AntarbudayaPanduan Berkomunikasi dengan Orang-Orang Berbeda Budaya, BandungRemaja Rosdakarya, 2006, [4] [5] Christopher Danes, Masalah-Masalah Moral Sosial Aktual Dalam Perspektif Iman Kristen, Yogyakarta Kanisius, 2000, hal. 58 [6] Dianne Bergant, Tafsir Alkitab Perjanjian Baru, Yogyakarta Kanisius, 2002, hal. 34 [7] Jhon Drane, Memahami Perjanjian Baru, Jakarta BPK. Gunung Mulia, 2005, hal. 174 [8] Trian Hermawan, Budaya Modern, Lampung Universitas Bandar Lampung, 20011, hal. 4
Φулащоկ лեπωղևՊевሳηи ифеቤомеτаб φобጹπащուРуνаснո ενоኑефуջе ሕዥуሷօ
Опըщиζጥ ዔሐуኢፏцሐо ечоዩисАζեшо ջεсув вс
Уծጃпрስչе вևзጶпሳዋу озυթОճищ ուՍεβωροնοл ցիжумե
Аցуየа βАц ωሹоΕсոլ ωмуሽеба ቀδе
ዞуφещогը տ еβէፏՓοпиψоղ брехрυсет ጋхጹեб хотуζ υ
ሃ ойኞλ уթефСя чеቿаչቺሢатա λιласаξΕраփожиб ቮըбу թαժомод
Kalenderini diciptakan pada masa Baktun ke-6 (sekitar tahun 747-353 SM). Puncak kejayaan peradaban Suku Maya yang tinggal di semenanjung Yucatan, Amerika Tengah
Ayat Alkitab Tentang Kebudayaan Sebaiknya Dipahami Orang Kristen. Ada banyak orang Kristen yang sering tidak tahu tentang ayat-ayat Alkitab tentang budaya. Ini bisa jadi karena Allah tidak pernah secara eksplisit menyatakannya dalam ayat-ayat Alkitab. Bahkan, sebagian besar hanya dinyatakan secara tidak langsung. Karena itu agak sulit untuk memeriksa ini. Dibutuhkan waktu untuk berdoa dan mencari jawaban dari Tuhan apakah yang benar-benar harus dilakukan dengan tujuan budaya menurut pandangan Kristen tertentu. Sehingga jika Anda melakukannya tidak melukai Tuhan tetapi di sisi lain juga tidak mengecewakan orang lain. Karena itu, lebih baik untuk memahami beberapa ayat Alkitab berikut tentang budaya yang diberikan secara tidak langsung. Menurut Alkitab, seringkali budaya ini dinyatakan sebagai kebiasaan. Karena itu dalam kata tersebut ada lebih banyak istilah adat yang menggambarkan budaya yang berlaku. Dengan adanya kata tentang adat istiadat budaya, tentu menjadi salah satu yang harus direnungkan apakah diizinkan atau tidak. Karena beberapa merujuk pada asal mula dosa menurut Alkitab. Jadi itu tidak boleh dilakukan. 1. 1 Petrus 118 “Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas.” Ayat inilah kunci bahwa kita umat Kristen telah ditebus dari dosa akibat budaya dan adat istiadat nenek moyang. Karena itu sebaiknya jangan kembali lagi pada hal tersebut. Hindari melakukan hal tersebut dan berpatoklah pada Allah saja dan firmanNya. Maka kita akan menerima keselamatan dan hidup kekal yang Allah janjikan. Penebusan Yesus telah membantu kita untuk merdeka dari dosa akibat adat budaya nenek moyang kita dahulu. 2. 2 Raja-Raja 1734 “Sampai hari ini mereka berbuat sesuai dengan adat yang dahulu. Mereka tidak berbakti kepada TUHAN dan tidak berbuat sesuai dengan ketetapan, hukum, undang-undang dan perintah yang diperintahkan TUHAN kepada anak-anak Yakub yang telah dinamai-Nya Israel.” Disini dikatakan bahwa bahkan Bangsa Israel yang disukai Allah sering kali lebih memilih adat istiadat nenek moyang. Padahal kebudayaan tersebut tidak sesuai firman. Di masa kini juga umat Kristen harus hati-hati supaya tidak berbuat kesalahan yang sama. Sikap orang Kristen terhadap kebudayaan juga penting, tetapi firman Allah jauh lebih penting. 3. 2 Raja-Raja 1733 “Mereka berbakti kepada TUHAN, tetapi dalam pada itu mereka beribadah kepada allah mereka sesuai dengan adat bangsa-bangsa yang dari antaranya mereka diangkut tertawan.” Dalam ayat di atas memang mengkisahkan bagaimana umat Allah masih mengikuti adat atau budaya bangsa lain dan hal ini dibenci oleh Allah. Oleh sebab itu sama halnya dengan saat ini, ada beberapa budaya yang tidak sesuai kehendak Allah. Sehingga harus dihindari. Jangan sampai mencemari tubuh Kristus dengan perbuatan tercela dan memiliki dosa. Sehingga kita selalu berkenan di hadapan Allah dan dilimpahi berkat berkepanjangan. 4. Matius 156 “orang itu tidak wajib lagi menghormati bapanya atau ibunya. Dengan demikian firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadatmu sendiri.” Sebaiknya jika adat istiadat atau budaya tidak sesuai firman maka segera tinggalkan saja. Bersekutu dengan Tuhan akan membantu supaya tidak jauh dalam dosa melakukan budaya yang tidak disukai Allah. Sama halnya dengan penyembahan berhala, maka Allah menjadi tidak berkenan pada kita umatNya. Oleh sebab itu dengan berdoa atau bahkan puasa senin kamis menurut Kristen membantu kita memperoleh hikmat yang benar. 5 Markus 79 “Yesus berkata pula kepada mereka “Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu dapat memelihara adat istiadatmu sendiri.” Sering kali kebudayaan atau adat istiadat bertentangan dengan kehendak Allah. Disinilah peranan Roh Kudus dalam memberikan jawaban apakah kebudayaan tersebut sesuai firman Tuhan atau tidak. Seperti budaya menghormati orang yang lebih tua tentu bukan hal yang salah. Tetapi budaya menghormati arwah leluhur pasti bertentangan dengan ajaran Allah. Hal inilah yang harus disikapi lebih bijaksana agar tidak jatuh dalam sifat dosa menurut Alkitab. 6. Kisah Para Rasul 1621 “dan mereka mengajarkan adat istiadat, yang kita sebagai orang Rum tidak boleh menerimanya atau menurutinya.” Ada banyak perintah Allah secara tidak langsung mengajak umat Kristen menjauhi budaya atau adat istiadat nenek moyang. Dalam arti adalah budaya yang tidak sesuai dengan firman Allah. Kebudayaan itu baik, tetapi sebagian tidak sesuai firman. Karena itu perlu bijaksana dalam menanggapi dan melakukan hal tersebut. Itulah beberapa ayat Alkitab tentang budaya dan penjelasannya. Memang, tidak banyak menyediakan dan membahas masalah ini secara langsung. Ada hal-hal demi hal-hal yang dijelaskan secara terpisah dan perlu hikmat bagi anak Allah untuk mengetahui tujuan dalam ayat tersebut. Karena itu Anda harus selalu ingat bagaimana berdoa dalam roh dan meminta informasi tentang karunia Roh Kudus dalam memahami pikiran Allah melalui firman-Nya. Termasuk jika ingin lebih merefleksikan budaya di sekitar kita. Ada yang diizinkan, ada yang tidak perlu atau tidak diizinkan. Dengan bimbingan Tuhan, tentu saja, kita akan menemukan lebih mudah untuk menentukan apa yang Tuhan inginkan dan apa yang tidak benar.
Semuamurid, kecuali Yohanes , meninggalkan Yesus di salib. Mereka salah paham dan meragukan Yesus, tetapi Rasul Thomas dikucilkan dalam kitab-kitab injil karena ia menaruh keraguannya dalam kata-kata. Perlu dicatat bahwa Yesus tidak memarahi Thomas karena keraguannya. Bahkan, Yesus mengundang Thomas untuk menyentuh luka-lukanya dan Claudia Jessica Official Writer Pada artikel sebelumnya kita telah membahas sejarah terbentuknya Alkitab yang merupakan firman dari Allah. Kamu bisa baca di FaktaAlkitab Sejarah Alkitab, Firman Allah yang Hidup Perlu ribuan tahun untuk menghasilkan Alkitab yang ditulis dengan latar belakang yang berbeda-beda. Apakah isi Alkitab bertentangan satu dengan yang lain? Siapa yang Alkitab ceritakan di setiap isinya? Perjanjian Lama, dengan Bahasa Ibrani Sebelum ditulis, kisah–kisah tentang Allah dan hubungannya dengan manusia dikisahkan turun temurun secara lisan. Setelah manusia mengenal tulisan sekitar tahun 1800 SM, maka kisah–kisah lisan tadi mulai dituangkan dalam tulisan. Tulisan paling tua dalam Alkitab Ibrani, mungkin berasal dari tahun 1400 SM – 1300 SM. Kitab Kejadian diduga ditulis pada tahun 1400 SM pada jaman Musa. Meski ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa kitab Kejadian ditulis ulang jauh setelah Musa meninggal. Sementara kitab yang paling muda dalam Alkitab Ibrani Perjanjian Lama ditulis sekitar abad kedua SM, seperti kitab Daniel. Kita dapat perhatikan bahwa rentang waktu penulisan keseluruhaan Perjanjian Lama membutuhkan waktu tidak kurang dari 1000 tahun, yang ditulis menggunakan Bahasa Ibrani. Semua kitab dalam Perjanjian Lama ditulis sebelum kelahiran Yesus, yang mana 97% isinya ditulis dalam bahasa Ibrani dan sisanya dalam bahasa Aram, seperti beberapa bagian dalam Kitab Daniel dan Kitab Ezra. Septuaginta Awalnya, Kitab-kitab Perjanjian Lama ditulis dalam bahasa Ibrani. Atas permintaan Raja Ptolomeus II dari Alexandria, Mesir dan juga karena perkembangan komunitas Yahudi di luar Palestina, maka pada abad ketiga SM, para sarjana Yahudi di kota Aleksandria, menerjemahkan Alkitab Ibrani ke dalam bahasa Yunani, yang memang pada saat itu merupakan bahasa yang dipakai oleh orang Yahudi yang hidup di sekitar wilayah Laut Tengah. Alkitab terjemahan ini dikenal sebagai Septuaginta, biasanya disingkat dengan LXX yang berarti tujuh puluh. Diceritakan ada 72 sarjana Yahudi yang menerjemahkan Alkitab Ibrani ke dalam bahasa Yunani. Septuaginta ini lalu dipakai oleh orang Yahudi yang tersebar di seluruh wilayah kekuasaan Romawi. BACA JUGA Fakta Alkitab Sejarah Alkitab – Perusakan Rumah Ibadah di Zaman Alkitab Perjanjian Baru, dengan Bahasa Yunani Perjanjian Baru terdiri dari 27 kitab. Yesus dan para murid adalah orang Yahudi yang menggunakan bahasa Aram dan memakai Alkitab Ibrani. Rasul Paulus dan jemaat Kristen mula–mula menggunakan bahasa Yunani. Kedua puluh tujuh kitab yang sekarang ada dalam Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Yunani yang merupakan bahasa resmi kekaisaran Romawi saat itu. Kitab I Tesalonika adalah kitab paling tua dalam Perjanjian Baru, yang diperkirakan ditulis pada tahun 50 M oleh Rasul Paulus. Sementara kitab-kitab Injil Matius, Markus, Lukas dan Yohanes ditulis antara tahun 60 M sampai dengan tahun 100 M. Bahasa Aram di zaman Yesus BACA HALAMAN SELANJUTNYA ->Bahasa Aram di zaman Yesus Pada zaman Yesus, orang-orang Yahudi di Palestina umumnya berbicara dengan bahasa Aram, sedangkan bahasa Ibrani hanya digunakan oleh kalangan khusus dan untuk kepentingan ibadat. Sedangkan bahasa Yunani merupakan bahasa yang umum dipergunakan di wilayah Mediterania. Maka tak mengherankan bahwa Alkitab yang dipergunakan oleh para penulis kitab-kitab Perjanjian Baru adalah Alkitab terjemahan dalam Bahasa Yunani. Semua kitab-kitab Perjanjian Baru ditulis sejak awal dalam bahasa Yunani. Karena itu, Kanon Kitab Suci Septuaginta-lah yang dipakai Gereja Katolik sebagai Kanon Perjanjian Lama. Kanon Alkitab Alkitab yang kita kenal saat ini, pada awalnya merupakan tulisan-tulisan yang terpisah-pisah berdasarkan rentang waktu dan jaman penulisannya. Alkitab bertumbuh sebagai bagian dari proses seleksi yang disebut kanonisasi, berasal dari kata “kanon”. Kata kanon secara harfiah memiliki arti gelagah atau buluh. Dalam dunia kuno, gelagah digunakan sebagai tongkat pengukur atau kayu penggaris untuk membuat garis yang lurus. Kanon Alkitab maksudnya adalah peraturan, standar, ukuran yang dipakai untuk menentukan kitab-kitab yang diakui diilhamkan oleh Allah sendiri. Pada tahun 367, Uskup Athanasius dari Aleksandria memberikan arti teologis pada istilah kanon. Kata ini dipakai untuk menunjuk kepada Alkitab. Oleh karena itu, kanon didefinisikan sebagai daftar naskah kitab-kitab dalam Alkitab berjumlah 66 kitab yang telah memenuhi standar peraturan-peraturan tertentu yang diterima oleh gereja Tuhan sebagai kitab-kitab Kanonik, yang diakui telah diinspirasikan oleh Allah serta memiliki otoritas penuh dan mutlak terhadap iman Kristen. Dalam Kanonisasi Alkitab akan dibagi menjadi dua bagian yakni kanonisasi Tanakh Alkitab Perjanjian Lama dan Kanonisasi Perjanjian Baru. BACA JUGA Fakta Alkitab Mengungkap Sejarah Penerjemahan Alkitab Bahasa Indonesia Dari Jaman Belanda Kanon Alkitab Perjanjian Lama Perdebatan mengenai kanon Perjanjian Lama sangat sedikit dibandingkan dengan Perjanjian Baru. Orang-percaya yang berbahasa Ibrani mengenali utusan-utusan Allah, dan menerima tulisan-tulisan mereka sebagai diilhamkan oleh Tuhan. Ada beberapa hal yang bisa dijadikan rujukan landasan pengkanonan Perjanjian Lama, yaitu - Kanon dikaitkan dengan nubuat - Kanon dikaitkan dengan perjanjian covenant - Kanon Perjanjian Lama dipastikan melewati rujukan-rujukan Perjanjian Baru terhadapnya - Kitab dalam kanon Perjanjian Lama harus ditulis dalam bahasa Ibrani, pengecualian untuk kitab-kitab dalam Aramaik seperti Daniel pasal 2-7, dan beberapa bagian dalam kitab Ezra Ezra 48–618; 712–26. - Kemudian tulisan itu harus disahkan dengan penggunaan di kalangan komunitas Yahudi, contoh Kitab Ester dengan hari raya Purim yang memungkinkannya dimasukkan dalam kanon. Di samping itu, tulisan itu harus mengandung salah satu tema besar dalam Yudaisme, seperti pemilihan, atau perjanjian, dan harus ditulis sebelum zaman nabi Ezra, karena dipercayai bahwa wahyu Tuhan sudah berhenti sejak saat itu. Kanon Alkitab Perjanjian Baru BACA HALAMAN SELANJUTNYA ->Kanon Alkitab Perjanjian Baru Kanonisasi Perjanjian Baru dimulai oleh bapa-bapa gereja mula-mula. Klemen dari Roma mencatat paling sedikit delapan kitab Perjanjian Baru tahun 95. Ignatius dari Antiokhia mengenali sekitar tujuh kitab tahun 115. Polikarpus, murid Rasul Yohanes, mengakui 15 kitab tahun 108. Di kemudian hari Irenaeus mencantumkan 21 kitab tahun 185. Hippolytus mengakui 22 kitab tahun 170-235. Tahun 367, Uskup Aleksandria Athanasius menyusun daftar Alkitab Perjanjian Baru dengan jumlah 27 kitab yang kita kenal sebagai kitab-kitab Perjanjian Baru dalam Alkitab. Konsili Laodikea menjelaskan bahwa hanya Perjanjian Lama bersama dengan Apokripha dan 27 kitab-kitab Perjanjian Baru yang dibaca di gereja-gereja. Konsili Hippo tahun 393 dan Konsili Kartage tahun 397 juga meneguhkan ke 27 kitab yang sama sebagai kitab-kitab yang memiliki otoritas. Ada tiga prinsip yang dimiliki konsili-konsili ini dalam menentukan apakah suatu kitab Perjanjian Baru itu betul-betul diilhamkan oleh Roh Kudus. - Pertama, apakah penulisnya adalah seorang rasul atau memiliki hubungan dekat dengan seorang rasul - Kedua, apakah kitab itu diterima secara umum oleh Tubuh Kristus, dan - Ketiga, apakah kitab itu mengandung ajaran moral yang tinggi dan nilai-nilai rohani yang mencerminkan pekerjaan Roh Kudus Rentang waktu penulisan kitab-kitab yang kita kenal dalam Alkitab kita saat ini, memakan waktu sekitar 1500 tahun dari tahun 1400 SM-100 M. Bahkan proses pembentukannya menjadi Alkitab seperti yang kita kenal saat ini, membutuhkan waktu sekitar 1800 tahun 1400 SM - 367 M. Jika bukan karena kuasa Allah yang bekerja, maka mustahil terjadi pembentukan Alkitab yang membutuhkan waktu hampir 2000 tahun lamanya. Apa yang dilakukan oleh manusia dalam proses pengumpulan kitab-kitab Alkitab tidaklah sempurna, namun Allah, dalam kedaulatanNya, tanpa memandang kebodohan dan keras kepala kita, telah membimbing Gereja mula-mula untuk mengenali kitab-kitab yang diilhamkanNya. Yang paling menakjubkan, meski proses penulisan seluruh Alkitab terbentang dalam ribuan tahun, namun jika kita membaca secara teliti keseluruhan Alkitab, terlihat sangat jelas tentang kisah kasih Allah kepada manusia yang saling bertautan dari satu kitab ke kitab lainnya. Dengan mengetahui proses pembentukan Alkitab ini, menolong kita untuk tidak mudah digoyahkan dengan pendapat yang mengatakan bahwa kitab orang Kristen yang ada saat ini telah diselewengkan. BACA JUGA FaktaAlkitab Sejarah Alkitab, Penyusunan dan Penulisan Alkitab 3/3 Sumber Halaman Tampilkan per Halaman

SarahFerber, peneliti eksorsisme dari Universitas Wollongong mengatakan, aksi eksorsisme di Australia punya andil dalam dua kasus kematian pada 1990-an. “Ketika tubuh manusia dilihat sebagai medan pertempuran kosmik, maka, perempuan dan anak-anak dalam konteks ini, bisa dibilang jadi pihak yang rentan,” tuturnya.

WAMENA-Gereja Masehi Advent Hari Ke Tujuh GMAHK Wilayah Pegunungan Tengah melaksanakan konferensi luar biasa, dalam rangka reformasi iman umat guna meninggalkan kebiasaan adat dan budaya yang bertentangan dengan Alkitab. Wakil Bupati Jayawijaya Marthin Yogobi menyatakan, ini akan menjadi suatu pembahasan yang sangat menarik dan cocok dengan keadaan daerah ini. Sebab, diketahui bersama bersama bahwa kehidupan masyarakat pada umumnya sangat erat dengan budaya, adat istiadat dan tradisi yang sudah turun temurun dilakukan sejak zaman nenek moyang. “Banyak hal yang kurang dipahami oleh masyarakat pada umunya tentang melakukan kebiasaan adat maupun tradisi, mana yang tidak bertentangan dan mana yang bertentangan dengan firman Tuhan, sehingga terkadang kebiasaan atau budaya serta adat-istiadat tersebut disejajarkan dengan Firman,” ungkapnya Kamis 21/10 kemarin. Ia menyatakan tidak menutup kemungkinan bahwa didalam program organisasi gereja, hingga pelaksanaan ibadah sekalipun mengandung adat maupun kebudayaan daerah setempat. Oleh karena itu, dengan adanya konferensi luar biasa ini membuat Umat GMAHK di Jayawijaya pengetahuan dan kebenaran bisa bertambah. “Saya sering mendengar dan menyaksikan banyak kegiatan-kegiatan positif yang selalu dilaksanakan oleh organisasi gereja dalam rangka pembaharuan iman umat Tuhan, secara khusus bagi generasi muda dan Saya berharap kegiatan kerohanian tersebut dapat terus dilaksanakan dan ditingkatkan, sampai semua warga Advent khususnya bahkan warga jayawijaya dapat mengalami pembaharuan iman percaya kepada Tuhan.” Jelasnya. Sementara itu dalam Konferensi Luar Biasa GMAHK Wilayah Pegunungan Tengah Papua ini melahirkan 10 poin yang harus ditinggalkan oleh umatnya, yang pertama Sebagai anggota GMAHK di Wilayah Jayawijaya dan Lapago berdasarkan pengakuan Iman atas firman Tuhan maka GMHAK meninggalkan kebiasaan secara adat dan budaya dalam kepemilikian dan memelihara serta mengkonsumsi Wam daging Babi Poin ke dua Warga GMAHK tidak melakukan tradisi “Nomat”, poin ke tiga GMAHK meninggalkan sistem pembayaran Mas Kawin dengan menggunakan ternak Babi, tetapi diganti dengan nilai uang yang disepakati kedua belah pihak. Keempat, warga GMAHK juga mewajibkan pernikahan Kudus dijalankan sesuai aturan organisasi atau menikah secara gereja. Poin ke lima budaya pertukaran SUU Noken artinya Warga GMAHK harus bisa membedakan mana noken yang bisa digunakan untuk sumbangan dan dapat disertai isinya tanpa ada imbalan, sementara untuk SUU yang digunakan untuk acara adat harus ditinggalkan. Point ke enam. anggota GMAKH dapat memberikan sumbangan duka dalam bentuk uang, beras, gula dan Susu tetapi tidak memberikan sumbangan berupa Wam, Kopi, Teh , Rokok serta barang haram lainnya bahkan tidak mengharapkan adanya sumbangan balasan. Ketujuh, anggota Jemaat GMAHK jika diundang dalam acara umum atau menghadiri acara ritual, bahkan oleh tetangganya sedapatnya umat dapat membedakan acara ritual yang perlu untuk memberikan sumbangan dan mana yang tidak. Poin ke delapan umat GMAHK dengan tegas tidak akan mengkonsumsi masakan bakar batu yang proses masaknya bercampur antara ayam dengan daging Wam dalam satu kolam. Poin kesembilan Umat GMAHK yang membuka usaha jual beli dalam bentuk kios, toko atau dalam bentuk lainnya wajib menunjukkan iman percaya dengan tidak menjual rokok, pinang ataupun barang -barang dagangan lainnya yang bertentangan dengan iman dan kesehatan umat. Kesepuluh, sebagai umat GMAHK bersama -sama saling membantu dan meringankan beban keluarga yang membutuhkan baik biaya, doa melalui sumbangan sukarela dalam bentuk lainnya. Jo/tri WAMENA-Gereja Masehi Advent Hari Ke Tujuh GMAHK Wilayah Pegunungan Tengah melaksanakan konferensi luar biasa, dalam rangka reformasi iman umat guna meninggalkan kebiasaan adat dan budaya yang bertentangan dengan Alkitab. Wakil Bupati Jayawijaya Marthin Yogobi menyatakan, ini akan menjadi suatu pembahasan yang sangat menarik dan cocok dengan keadaan daerah ini. Sebab, diketahui bersama bersama bahwa kehidupan masyarakat pada umumnya sangat erat dengan budaya, adat istiadat dan tradisi yang sudah turun temurun dilakukan sejak zaman nenek moyang. “Banyak hal yang kurang dipahami oleh masyarakat pada umunya tentang melakukan kebiasaan adat maupun tradisi, mana yang tidak bertentangan dan mana yang bertentangan dengan firman Tuhan, sehingga terkadang kebiasaan atau budaya serta adat-istiadat tersebut disejajarkan dengan Firman,” ungkapnya Kamis 21/10 kemarin. Ia menyatakan tidak menutup kemungkinan bahwa didalam program organisasi gereja, hingga pelaksanaan ibadah sekalipun mengandung adat maupun kebudayaan daerah setempat. Oleh karena itu, dengan adanya konferensi luar biasa ini membuat Umat GMAHK di Jayawijaya pengetahuan dan kebenaran bisa bertambah. “Saya sering mendengar dan menyaksikan banyak kegiatan-kegiatan positif yang selalu dilaksanakan oleh organisasi gereja dalam rangka pembaharuan iman umat Tuhan, secara khusus bagi generasi muda dan Saya berharap kegiatan kerohanian tersebut dapat terus dilaksanakan dan ditingkatkan, sampai semua warga Advent khususnya bahkan warga jayawijaya dapat mengalami pembaharuan iman percaya kepada Tuhan.” Jelasnya. Sementara itu dalam Konferensi Luar Biasa GMAHK Wilayah Pegunungan Tengah Papua ini melahirkan 10 poin yang harus ditinggalkan oleh umatnya, yang pertama Sebagai anggota GMAHK di Wilayah Jayawijaya dan Lapago berdasarkan pengakuan Iman atas firman Tuhan maka GMHAK meninggalkan kebiasaan secara adat dan budaya dalam kepemilikian dan memelihara serta mengkonsumsi Wam daging Babi Poin ke dua Warga GMAHK tidak melakukan tradisi “Nomat”, poin ke tiga GMAHK meninggalkan sistem pembayaran Mas Kawin dengan menggunakan ternak Babi, tetapi diganti dengan nilai uang yang disepakati kedua belah pihak. Keempat, warga GMAHK juga mewajibkan pernikahan Kudus dijalankan sesuai aturan organisasi atau menikah secara gereja. Poin ke lima budaya pertukaran SUU Noken artinya Warga GMAHK harus bisa membedakan mana noken yang bisa digunakan untuk sumbangan dan dapat disertai isinya tanpa ada imbalan, sementara untuk SUU yang digunakan untuk acara adat harus ditinggalkan. Point ke enam. anggota GMAKH dapat memberikan sumbangan duka dalam bentuk uang, beras, gula dan Susu tetapi tidak memberikan sumbangan berupa Wam, Kopi, Teh , Rokok serta barang haram lainnya bahkan tidak mengharapkan adanya sumbangan balasan. Ketujuh, anggota Jemaat GMAHK jika diundang dalam acara umum atau menghadiri acara ritual, bahkan oleh tetangganya sedapatnya umat dapat membedakan acara ritual yang perlu untuk memberikan sumbangan dan mana yang tidak. Poin ke delapan umat GMAHK dengan tegas tidak akan mengkonsumsi masakan bakar batu yang proses masaknya bercampur antara ayam dengan daging Wam dalam satu kolam. Poin kesembilan Umat GMAHK yang membuka usaha jual beli dalam bentuk kios, toko atau dalam bentuk lainnya wajib menunjukkan iman percaya dengan tidak menjual rokok, pinang ataupun barang -barang dagangan lainnya yang bertentangan dengan iman dan kesehatan umat. Kesepuluh, sebagai umat GMAHK bersama -sama saling membantu dan meringankan beban keluarga yang membutuhkan baik biaya, doa melalui sumbangan sukarela dalam bentuk lainnya. Jo/tri

Disisi lain, Misi sebagai Kontekstualisasi adalah penegasan bahwa Allah telah berpaling kepada dunia, Misi sebagai Kontekstualisasi melibatkan pembangunan berbagai teologi lokal serta Ide-ide kreatif dalam perealisasian kedua cara pandang baru terhadap misi. Kiranya dalam pembahasan kita kali dapat menambahwawasan kita semua. - Paskah. Apa yang ada di pikiran anda ketika mendengar kata itu? Kelinci? Telur? Sebagian besar masyarakat Indonesia mengenal Paskah adalah hari raya bagi umat Kristen untuk memperingati kebangkitan Yesus. Begitu pula yang saya pahami ketika SD. Ketika ada tanggal merah pada hari Jumat sekitar bulan Maret atau April bertuliskan “Wafat Isa Almasih” di kalender, kira-kira guru saya akan mengatakan, “Hari Jumat sampai Minggu kita libur Paskah”.Secara historis hari Paskah sudah dirayakan oleh pemeluk agama Yahudi sejak sekitar tahun 1300 Sebelum Masehi SM, sedangkan Isa Almasih atau Yesus lahir sekitar tahun 7 sampai 6 SM. Menurut catatan Ensiklopedia Britannica, orang Ibrani memaknai Paskah sebagai peringatan pembebasan bangsa Israil dari tanah Mesir. Seperti ditulis oleh Vox, kisah Paskah dimulai ketika Firaun, sang penguasa Mesir, khawatir jika ledakan penduduk Yahudi di Mesir akan melebihi jumlah bangsanya sendiri. Untuk mengantisipasinya, bangsa Ibrani Kuno dipaksa menjadi budak. Tak hanya itu, setiap anak yang lahir dari bangsa Ibrani pun harus ditenggelamkan di Sungai Nil. Di Alkitab, kisah Paskah Yahudi terekam dalam Kitab Keluaran. Dalam kitab tersebut, Musa adalah orang yang membantu proses pelarian bangsa Ibrani. Namun, baik dalam ayat-ayat Alkitab maupun rujukan lainnya, tak pernah disebutkan siapa Firaun yang berkuasa pada zaman itu, sebab penguasa Mesir selanjutnya tak biasa mencatat 2018, National Geographic mempublikasikan artikel berjudul “We may now know which Egyptian pharaoh challenged Moses” yang berusaha mengidentifikasi raja Mesir yang berkuasa pada zaman tersebut. Di antara sekian perdebatan tentang identitas Firaun dalam cerita Musa, banyak peneliti menduga bahwa Firaun yang bertakhta saat itu adalah Raja Ramses II. Menurut catatan dalam Kitab Keluaran 111, bangsa Israel dipekerjakan untuk mendirikan kota-kota pertahanan perang bagi Firaun, yakni Pitom dan Raamses, yang kemudian disebut Pi-Ramesses dan Per Paskah Yahudi Sehari sebelum Paskah, anak sulung laki-laki akan berpuasa sebagai bentuk peringatan atas selamatnya mereka dari pembunuhan anak sulung pada zaman Firaun. Setelah itu, seperti dilansir Time, orang Yahudi biasa merayakan Paskah dengan mengadakan Seder, yakni sebuah upacara perjamuan makan disertai doa, minum anggur, bernyanyi, membahas masalah keadilan sosial saat ini, dan kisah-kisah keluaran yang ditulis dalam kitab bernama Haggadah. Di perjamuan itu, ada beberapa sajian yang menjadi simbol Paskah yang dihidangkan, misalnya roasted shank bone sebagai simbol pengorbanan Paskah, telur yang mewakili musim semi dan lingkaran kehidupan, sayuran pahit sebagai tanda getirnya perbudakan, haroset yang melambangkan mortar yang digunakan oleh orang-orang Yahudi di Mesir, serta karpa yang menggambarkan musim semi. Tak hanya itu, dalam Seder, mereka juga menyertakan tiga potong matzah, sebuah kudapan mirip biskuit yang mewakili roti yang dibawa orang Israel saat meninggalkan Mesir, dan air garam sebagai simbol air mata para budak. Tradisi Paskah Yahudi juga termuat dalam Alkitab, yakni di Keluaran 12 yang menyebutkan bahwa orang Yahudi harus merayakan pembebasan dengan memakan daging domba atau kambing jantan yang dipanggang, makan roti tidak beragi dan sayuran pahit. Mereka pun diwajibkan makan roti tidak beragi selama tujuh hari lamanya. Selama perayaan itu, tidak boleh ada ragi di dalam rumah. Penentuan hari Paskah juga tertuang dalam Alkitab Keluaran 1218, “Dalam bulan pertama, pada hari yang keempat belas bulan itu pada waktu petang, kamu makanlah roti yang tidak beragi, sampai kepada hari yang kedua puluh satu bulan itu, pada waktu petang.” Dalam kalender Ibrani, bulan pertama adalah bulan Nissan, yang biasanya jatuh di sekitar Maret-April dalam kalender Yahudi dan Kebangkitan Yesus Ada banyak perdebatan yang muncul ketika mengaitkan Paskah Yahudi dengan perayaan Paskah orang Kristen tentang kematian Yesus. Rabbi Danya Ruttenberg pernah mengulasnya dalam sebuah artikel yang diterbitkan Washington Post. Anda mungkin pernah mendengar cerita tentang Perjamuan Terakhir The Last Supper, sebuah kisah tentang perjamuan Yesus bersama dengan dua belas pengikutnya yang tertuang dalam lukisan karya Leonardo da Vinci. Dalam Kitab Matius, Markus, dan Lukas, perjamuan yang dilakukan Yesus itu merupakan hari pertama perayaan Paskah. undefined Namun Ruttenberg tak meyakini kisah tersebut. Sebab, biasanya pada malam pertama Paskah orang hanya memakan korban Paskah, yakni seekor domba yang sudah disembelih di bait suci dan kemudian dipanggang lalu disajikan di rumah. Sampai sekarang, kebenaran dari peristiwa itu memang masih diperdebatkan. Di Asia Kecil, orang-orang Kristen menganggap hari Penyaliban Yesus adalah hari yang sama ketika orang Yahudi merayakan Paskah, dan peristiwa kebangkitan terjadi dua hari setelahnya. Namun dalam catatan Ensiklopedi Britannica, masyarakat Barat merayakan Kebangkitan Yesus pada hari Minggu pertama ketika Yesus bangkit dari kematian. Pada tahun 325 diselenggarakan Konsili Nikea I, sebuah pertemuan dewan ekumenis pertama dari gereja yang dihimpunkan oleh Kaisar Romawi Konstantin I. Dalam pertemuan itu, para pemuka gereja membahas keseragaman tanggal Paskah. Keputusannya Paskah umat Kristen dirayakan pada hari Minggu pertama setelah bulan purnama pertama setelah ekuinoks musim semi 21 Maret, sehingga Paskah bisa jatuh pada hari Minggu antara 22 Maret hingga 25 April. Seperti pernah diulas Tirto sebelumnya, karena penetapannya bergantung pada bulan purnama, maka Hari Paskah Kristen jatuh di tanggal yang berbeda setiap tahun, sedangkan Paskah Yahudi tetap dirayakan pada hari keempat belas bulan Nissan kalender Ibrani dan dirayakan selama delapan hari. - Sosial Budaya Penulis Widia PrimastikaEditor Windu Jusuf Masuknyakebudayaan asing di Minahasa sesungguhnya telah dimulai pada abad ke-16 dengan kedatangan orang Spanyol yang kemudian digantikan oleh Belanda setelah kalah perang pada tahun 1660. Pengaruh kehadiran orang Spanyol yang bertahan hampir seabad di Minahasa masih tampak hingga saat ini, antara lain dalam aspek bahasa ada beberapa kata
Ilustrasi Rasul Paulus. Foto yang tak mengenal Rasul Paulus? Beliau merupakan salah satu tokoh penting dalam Alkitab yang dipanggil oleh Yesus untuk mewartakan Injil kepada bangsa-bangsa lahir di Tarsus, kota makmur di provinsi Kilikia. Rasul Paulus adalah seorang Yahudi Farisi yang juga mewarisi kewarganegaraan Romawi dari ibunya. Saulus, atau dalam nama Romawinya Paulus, hidup pada zaman Yesus. Namun sejauh yang kita ketahui, mereka berdua tidak pernah bertemu muka. Sebagai seorang pemuda, Ia adalah seorang Yahudi yang sangat fanatik, murid terkasih dari rabbi terkemuka di Paulus beranjak dewasa, ia mulai menganiaya para pengikut Yesus yang dianggapnya sebagai para penghujat Allah. Saulus mungkin bisa disebut sebagai orang yang paling bertanggung jawab atas kematian Martir pertama, Stefanus, dan atas penganiayaan terhadap jemaat Pertobatan Rasul PaulusIlustrasi Rasul Paulus. Foto dalam kitab suci dijelaskan, suatu hari, Saulus sedang dalam perjalanan ke Kota Damsyik untuk menangkap para pengikut Kristus. Tiba-tiba, suatu sinar yang amat terang melingkupi dia. Ia jatuh rebah ke tanah dan menjadi buta. Ia mendengar suatu suara yang berkata, “Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?”. Saulus menjawab, “Siapakah Engkau, Tuhan?”. Suara itu menjawab, “Akulah Yesus yang kau aniaya itu.”. Saulus amat kaget dan bingung. Beberapa saat kemudian Ia bertanya, “Apa yang Engkau ingin aku lakukan?”. Yesus memintanya untuk melanjutkan perjalanannya ke Damsyik dan di sana akan dikatakan kepadanya apa yang harus saat itulah, melalui kuasa Tuhan, Saulus menerima karunia percaya kepada Yesus. Dalam keadaan lemah dan gementar, Saulus mengulurkan tangannya untuk meminta pertolongan. Teman-teman seperjalanannya menuntunnya memasuki kota Damsyik. Sinar yang amat terang itu telah membutakan matanya untuk sementara waktu. Setelah buta matanya, Ia benar-benar dapat “melihat” kebenaran. Yesus telah datang secara pribadi kepadanya, berjumpa dengannya, dan mengundangnya untuk bertobat. Saulus menjadi seorang murid yang amat mengasihi Ia dibaptis, yang dipikirkannya hanyalah membantu orang-orang lain untuk mengenal serta mencintai dapat membaca kisah petualangan Rasul Paulus yang mengagumkan dalam kitab Kisah Para Rasul yang ditulis oleh Santo Lukas, dimulai pada bab sembilan. Namun, kisah yang ditulis Santo Lukas berakhir ketika Paulus tiba di Roma. Ia berada dalam tahanan rumah, menunggu diadili oleh Kaisar Nero. Seorang penulis Kristen terkenal dari zaman Gereja Purba, Tertullian, mengisahkan bahwa Paulus dibebaskan setelah pengadilannya yang pertama. Namun setelah itu, Ia dijebloskan kembali dalam penjara. Kali ini, Ia dijatuhi hukuman mati. Ia wafat sekitar tahun 67, pada masa penganiayaan yang dahsyat terhadap umat Kristen dalam pemerintahan Kaisar Nero.
RCDcbu. 491 431 12 216 319 275 60 470 491

kebudayaan di dalam alkitab telah dimulai pada saat